cari

15 October 2011

potensi spiritual dan sejarah purbalingga bagian selatan

Purbalingga bagian selatan atau bisa disebut "kidul kali Klawing" adalah wilayah Purbalingga yang selama ini luput dari perhatian dan pengembangan kota...wilayah ini meliputi Kecamatan Kemangkon, Bukateja dan sebagian wilayah kecamatan Kejobong.....sedikit terfokus pada kecamatan Kemangkon.
secara umum wilayah ini memang miskin potensi baik potensi alam maupun potensi perwilayahan, namun menyusul adanya rencana pembangunan jembatan sungai Klawing di bagian barat, yang menghubungkan wilayah Sokaraja dan Kemangkon..mau tidak mau wilayah ini akan berpotensi., karena akan menjadi lebih ramai dengan adanya kendaraan besar lewat jalur ini dan mempersingkat waktu perjalanan selama 30 menit bahkan lebih (untuk kendaraan dari Purwokerto yang akan menuju Wonosobo atau Semarang)


kembali ke Kemangkon...

wilayah kemangkon terbagi atas 2 wilayah besar yaitu lor klawing dan kidul klawing....untuk lor klawing cenderung lebih dekat dengan wilayah kota jadi pembangunan lebih terasa sedangkan kidul klawing menjadi semacam kota kecil yang agak terputus dari keramaian kota.namun masing-masing memiliki potensi .
ada beberapa potensi yang mungkin masih perlu diteliti lebih lanjut.
contohnya adalah
1. situs kedungbenda..
merupakan batuan berbentuk lingga dan yoni yang berlokasi di desa kedungbenda atau wilayah paling ujung barat kecamatan kemangkon...orang-orang lokal menyebutnya panembahan Drona
2. Objek wisata Congot
merupakan titik pertemuan sungai Klawing dan sungai Serayu .....terlihat membentuk semacam danau kecil, sayangnya kurang adanya pepohonan membuat objek wisata ini terlihat panas dan gersang....ada semacam cerita rakyat tentang daerah congot ini dan kira-kira ada beberapa variasi cerita.

beberapa objek atau benda memiliki potensi spiritual dan sejarah dan biasanya menjadi objek dalam asal-usul suatu wilayah atau desa.contohnya adalah yang berada di desa karang kemiri, objek ini berupa semacam petilasan seperti makam yang dengan cungkup di atasnya...orang sekitar menyebutnya panembahan Cupit Urang....secara bentuk lahan memang mirip dengan capit udang atau kepiting antara pekarangan dan sawah namun belum bisa dipastikan  bangunan apa itu....selanjutnya adalah Setana Dawa (setana= makam) yang berlokasi di desa Bakulan, makam yang arahnya utara-selatan itu diyakini sebagai makam orang Hindu/Budha yang berarti pemakaman ini sudah cukup lama ada di sana. jaman dahulu lokasi makam yang ada di tengah sawah ini walaupun sekelilingnya banjir lokasi ini tidak pernah kebanjiran, namun tidak dg sekarang.
selanjutnya ada makam yang dipercaya sebagai kerabat keraton...(entah itu Yogya atau Solo, beberapa orang di sana sama sekali tidak mengetahuinya)..makam ini berlokasi di dukuh bakulan lor desa bakulan. terakhir diketahui sebagai lurah pertama desa Bakulan

selanjutnya menyeberang ke kecamatan bukateja tepatnya di desa wirasaba, 
ini adalah desa, yang dahulu terdapat kadipaten besar yang wilayahnya mencapai wilayah Banyumas, Purbalingga bagian selatan, Banjarnegara, dan sebagian wonosobo...namun surut selepas adanya peristiwa setu-Pahing yang menimpa adipati wargahutama I yang selanjutnya wilayah mengecil atau dibagi 4 oleh R. Jaka Kaiman (Wargahutama II) dan hanya wilayah Banyumas yang terus bertahan dan menjadi kabupaten Banyumas sekarang...
konon, adipati wirasaba masih keturunan prabu Brawijaya V dari Majapahit......
jika kita memasuki desa wirasaba terutama di bagian tengah.(.masuk dekat lapangan udara Wirasaba ) maka sangat terasa bekas kadipaten, di sana masih banyak rumah jawa yang sudah lama terutama yang berbentuk Tikelan..selanjutnya di wirasaba terdapat beberapa makam yang kemungkinan besar masih kerabat kadipaten....dari tulisan di atasnya rata-rata terdapat gelar kebangsawanan (kebanyakan R/Raden dan RAy /Raden Ayu)
penjelajahan spiritual dan sejarah di wilayah ini memang belum tereksplor dan bahkan masih  membutuhkan banyak riset namun dari fakta di lapangan menunjukkan banyak potensi spiritual dan sejarah di wilayah Kemangkon, Bukateja dan bahkan Purbalingga.