cari

27 May 2012

di Purbalingga ada Congot

Purbalingga merupakan kabupaten  di provinsi jawa tengah...salah satu dari 35 yang ada. Karena berada di lokasi yang sempit dan kurang strategis maka sedikit sekali objek wisata alam yang ada di kabupaten ini...Dan beberapa di antaranya belum tergarap dengan baik atau masih berupa wisata desa, atau masih berlabel potensial wisata...Dan, satu diantara potensial wisata yang ada adalah Congot.

 congot merupakan lokasi pertemuan sungai Klawing di sebelah barat dengan sungai Serayu di sebelah timur yang berlokasi di desa kedungbenda kecamatan kemangkon..pertemuan keduanya mendesak daratan yang ada di ataranya menjadi berbentuk seperti tanjung/semenanjung mini  atau tanah genting mini, naah, lokasi inilah yang disebut Congot atau terlihat "nyongot"..

sekilas pandang congot

10 March 2012

bisnis properti di Purbalingga

Manusia memiliki 3 kebutuhan primer yaitu, Pangan (makan), Sandang (pakaian)dan Papan atau tempat tinggal, yang harus dipenuhi, pangan dan sandang harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidupnya, sementara papan, minimal dipenuhi secara bersama-sama atau disebut dengan menumpang...secara umum, kebutuhan perumahan dari tahun ke tahun semakin meningkat...ada beberapa cara kepemilikan rumah yaitu antara lain,
1. membeli tanah dan membangun rumah semi permanen
2. membeli tanah dan memindahkan rumah yang sudah jadi (bahasa jawanya: tikelan)
3. membeli tanah dan membangun rumah permanen
4. membeli perumahan atau real estate
5. menumpang pada mertua dan berharap-harap suatu hari nanti rumahnya akan diwariskan *hehehe
6. ngontrak rumah atau kost (bukan termasuk cara kepemilikan rumah tapi cara memenuhi kewajiban papan/tempat berteduh)
dari  cara-cara tersebut  di atas, cara membeli perumahan adalah yang termudah sekaligus terumit.
disebut mudah karena, proses mendapatkan rumah yang relatif mudah, bisa dicicil, harga relatif ringan karena beberapa perumahan juga memerima discount bagi para pekerja dan tidak pusing-pusing mikir detail rumah,bangun rumah ...disebut rumit, karena kepemilikan rumah yang memerlukan pengurusan admininstrasi dan kesabaran luar biasa..apalagi kalau cuma membeli kaplingan.

27 February 2012

fenomena peminta-minta, tuna wisma dan orang gila

Dalam beberapa bulan ini di Purbalingga sering sekali dijumpai  para peminta-minta, tuna wisma dan orang gila di jalanan...dari kota sampai di pelosok desa ...beberapa di antaranya merupakan orang asli daerah tersebut yang hanya beroperasi disekitar rumahnya...untuk peminta-minta biasanya mereka sangat banyak di waktu ada pengajian berskala kecamatan-kabupaten, di pasar, alun-alun dan beberapa masjid. untuk tuna wisma sebagian besar berada di sekitar bekas pasar, dan kawasan selatannya (namun selalu berpindah-pindah) sedangkan orang gila tersebar sampai pelosok , ada yang jalan-jalan jauh sampai 15 km se hari (tidak ngikutin, tapi tdk sengaja ketemu lagi sudah sampai sejauh itu), beberapa yang lain nge-tem di lokasi tertentu dan berlagak gila (emang gila)...orang sekitar yang iba terkadang memberi pakaian ganti untuk mereka karena pakaianya lusuh dan kumal.



menunggu rejeki dari yang mau ngaji  

Beberapa waktu yang lalu ada pengajian di desa, ternyata yang datang paling duluan adalah para peminta-minta ...mereka sudah datang waktu microphonenya lagi dites alias jam 5 pagi ...mungkin sekalian jalan pagi...beberapa di antaranya adalah anak kecil, yah mumpung liburan..(pengajian ini setiap Ahad pagi)...mereka datang dari beberapa tempat yang lumayan jauh dari sini..sekitar 20 km an, bahkan ada yang berjarak 30 km di kaki gunung...(sejauh itu ngojek!)...tapi melihat penerimaan dari para dermawan yang mau ngaji...yah lumayan dapetnya bisa nutup ongkos transportasi plus lain-lain....
pemandangan seperti ini sebenarnya kurang nyaman apabila dipandang, namun inilah realita yang ada (bahkan kota kecil macam Purbalingga-pun banyak orang gila, pengemis dan gelandangan apalagi kota yang lebih besar)....dituntut pemecahan yang lebih dan peranan dari warga sekitar(yang ada pengemisnya), pemerintah dan lembaga sosial yang terkait...bukan dengan pemaksaan namun lebih elegan lagi dengan kebijaksanaan tiap-tiap individu untuk lebih memperhatikan sekitarnya...

31 January 2012

di bawah bayang-bayang kabel

kita hidup di daerah ini ternyata ada di bawah bayang-bayang kabel, baik itu kabel listrik maupun kabel telepon..kabel-kabel tersebut melintasi atas bumi  istilah jawanya pating tlalang atau melintang membujur di atas rumah, pohon, sawah atau sungai...tentu saja bagi yang telah dimasuki jaringan PLN atau Telkom..
Secara artistik dan keindahan tentu saja ini tidak bernilai positif, tapi mau bagaimana lagi karena di sini belum mampu membuat jaringan bawah tanah secara besar-besaran....
jika kita melihat ke atas, sepanjang jalan kabel-kabel itu ada di kiri dan kanan jalan, bahkan pembangunan jaringan listrik baru akan menambah jumlah kabel listrik yang ada....belum lagi ditambah kabel listrik untuk penerangan jalan, tambah ruwetlah itu semua...
memang untuk listrik, semakin tinggi tegangannya, makin tinggi pula kabelnya tapi hal ini tetap membuat khawatir orang yang ada di bawah...(bisa karena radiasi atau karena takut  towernya rubuh mengenai rumah)..seperti yang terlihat di tempat saya, ada kabel listrik untuk penerangan jalan yang tidak keruan bahkan mungkin kurang ditarik atau bagaimana, tingginya sampai menyentuh 1,5 meter saja ...untungnya di sawah dan jauuh dari rumah, tapi bagaimana kalau ada anak-anak yang main-main kabel listrik itu?
Sampai sekarang entah sudah berapa banyak korban akibat adanya kabel-kabel di atas kita itu,
baik korban meninggal akibat menebang pohon terus pohonnya kena kabel listrik , lagi naik pohon ambil buah ternyata pohonnya terkena kabel listrik atau yang paling ringan yaitu layangan yang nyangkut di kabel listrik...tetap saja menimbulkan kekhawatiran bagi kita. Belum lagi tiang listrik yang gede-gede itu...di tempat rawan gempa akan jadi perhatian khusus karena bisa saja itu ambruk dan mengenai sesuatu yang ada di bawahnya....
Dan akhirnya, memang semua itu butuh proses dan langkah pencegahan selau dibutuhkan..seperti penebangan pohon yang dilewati kabel listrik secara periodik, perawatan kabel (baik listrik maupun telepon)pengecekan apakah ada yang longgar sekrup atau ikatan antar kabel, dan apakah tinggi kabel-kabel itu telah memenuhi  standar...semoga saja esok akan lebih baik lagi

24 November 2011

oh perbaikan jalan....!

sebuah obrolan kecil terlontar dari warga di pinggiran Purbalingga,...yah, sebuah realita yang harus dihadapi pada tahun-tahun ini. Bila kita melewati jalanan maka, masih banyak terlihat jalan yang dalam taraf perbaikan namun sekian lama hanya berupa tumpukan pasir, batu, atau Stoom yang berhari-hari menunggu beroperasi.  yah, jika digarap sekalipun seperti santai sekali, sehari dikerjakan kemudian sepi...Beberapa minggu ini terdapat perbaikan jalan di jalan raya Penican-Kedungbenda, terutama perbaikan jembatan, pemasangan cor dan pemunduran brug itupun juga sangat lama, maklum dari beberapa lokasi hanya dikerjakan oleh sedikit personel yang kerjanya menggilir dari satu lokasi ke yang lain...yang kena imbasnya tentu pengguna jalan, karena harus hati-hati sewaktu melewati jalanan itu