cari

13 September 2008

back to nature

Sayang sekali jumlah penelitian di Indonesia mengenai pertanian masih terasa sangat terbatas, kalau tidak boleh dikatakan langka. Sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia ini menunjukkan berbagai upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya pada awalnya berbasis pada sumberdaya alam yang ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita. Mereka telah mempunyai pengalaman panjang dan turun temurun dalam menyeleksi berbagai sumberdaya hayati disekitarnya, yang mereka anggap dan yakini bermanfaat bagi peningkatan kesehatan dan terapi penyakit ini, masyarakat kembali menggandrungi pola hidup para nenek moyang dulu.
Gerakan Gaya Hidup Sehat sedang melanda dunia, bertemakan "Back To Nature". Tren baru tersebut telah bermunculan, di mana masyarakat menginginkan sesuatu makanan yang benar-benar serba alami, kurang dan bebas dari zat kimia, pestisida, , dan pupuk kimia. Pangan organik dianggap memenuhi persyaratan tersebut sehingga permintaan dan peluang pemasarannya meningkat. dunia akan pangan organik melonjak tajam dan demam pangan organik melanda dunia bukan saja di bidang pangan, tetapi juga meluas ke bidang nonpangan.
Di berbagai pasar swalayan pun saat ini telah banyak dipajang dan dijual pangan organik, yang sebagian besar masih terbatas pada produk buah-buahan dan sayuran. Sayuran dan buah-buahan yang bermerek organik harganya bisa 3 sampai 4 kali lebih mahal dibanding produk pangan non-organik.

Diperkirakan, pertumbuhan pasar pangan organik di Indonesia tidak akan cepat bila tidak segera dikembangkan suatu sistem sertifikasi produk dan pedoman pola sertifikasi pertanian organik. Pemerintah Indonesia relatif sangat lamban dalam merespons tantangan masyarakat di bidang pertanian dan pangan organik.

Para konsumen pangan organik selalu dijangkiti perasaan was-was dan ragu-ragu tentang kebenaran label pada produk pangan di supermarket apakah produk yang berlabel organik itu benar-benar organik organik-organikan. Siapakah sebetulnya yang bertanggung jawab memastikan kepada konsumen bahwa produk-produk tersebut organik? Konsumen berhak menuntut perlindungan tersebut. Menyikapi diakui masih sulit untuk menentukan apakah produk-produk yang sekarang beredar di beberapa supermarket itu benar-benar organik. Mungkin, katanya, salah satu cara yang bisa dilakukan oleh konsumen adalah mempertanyakan keberadaan lahan pertaniannya.

Pihak penjual, dalam hal ini supermarket bisa menyelediki sumber dari sayuran tersebut apakah benar-benar organik. Dengan cara itu, pihak supermarket bisa meyakinkan konsumennya bahwa sayuran tersebut benar-benar organik.

A. MASALAH SERTIFIKASI
Perlu diketahui, dalam bidang produk pangan dan pertanian organikkebiasaan internasional yang ada adalah bahwa departemen pertanian merupakan competent authority. De-partemen tersebut juga menentukan registrasi terhadap lembaga sertifikasi dan sistem audit, sistem yang harus bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Swasta dapat saja bertindak sebagai lembaga sertifikasi. Idealnya sertifikasibersifat independen, bebas, dan lepas dari segala bisnis produksi dan pemasaran produk pangan. Artinya, lembaga sertifikasi tersebut tidak terlibat dalam bisnis, memiliki saham dalam industri produksi serta pemasaran produk pangan organik sehingga dapat menghindarkan diri dari terjadinya vested interest. konsumen tidak lagi percaya terhadap sistem sertifikasi yang telah dibangun tersebut, seluruh program sertifikat akan rontok.
Dan, yang terpenting yang masih harus dilakukan adalah perlunya dijaga proses sertifikasi secara benar, jujur, teliti, dan kredibel. Sebaliknya, bila hal tersebut dilakukan secara serampangan dan asal-asalan saja, akan berakibat tererosinya kepercayaan konsumen terhadap label pangan organik.
Konsumen perlu mendapat perlindungan terhadap kebenaran organik bagi produk yang mereka beli dengan harga yang cukup tinggi. Mungkin, sebagai landasan pedoman dalam merancang Standar Indonesia (SNI) di bidang produk pangan dan pertanian organik, dapat menggunakan paling sedikit tiga acuan, yaitu FAO/ WHO Codex Alimentarius Commision (CAC), GL 29-1999 dan Pedoman International Federation of Organic Agriculture yang dikeluarkan Indian Standard Committee. Meskipun disusun berdasarkan standar internasional, standar pangan organik Indonesia sebaiknya masih perlu disesuaikan dengan kondisi lokal. Karena jenis industri tersebut relatif masih sangat baru dan akan menghadapi banyak hambatan dan kekurangan, maka perlu dilakukan pengecualian terhadap penggunaan beberapa bahan yang alami dan non-organik yang dapat digunakan, tetapi harus dilakukan secara baik dengan rambu-rambu yang ketat. Contohnya, persyaratan bibit yang dapat digunakan, karena ada peraturan yang mengharuskan bahwa bibit tidak boleh treatment.
Barangkali untuk persyaratan tersebut perlu ada sedikit keleluasaan untuk dapat menggunakan treated seed. Bahkan, di Jepang, yang mengharuskan menggunakan organic seed baru diterapkan sekitar tahun 2005. persyaratan organik harus diterapkan pada lahan selektif, lahan organik, maka waktu konversinya perlu ditentukan, yaitu satu tahun untuk lahan bekas budi daya cash crops, dan tiga tahun untuk tree crops. Selain kurun waktu tersebut, petani harus memperbaiki mutu lahan pertaniannya dengan pemberian kompos organik. Selama waktu konversi lahan tersebut, petani tidak dapat meningkatkan produktivitas hasil tanam organik. Produk dari hasil pertanian tersebut hanya boleh dilabel transition atau transition to organic. Tentu saja competent authority dapat saja melakukan keputusan untuk memperpendek waktu transisi yang dianjurkan tersebut.

B. KESEIMBANGAN EKOSISTEM

Konsep awal pertanian organik yang ideal adalah menggunakan seluruh input yang berasal dari dalam pertanian organik itu sendiri, dan dijaga hanya minimal sekali input dari luar atau sangat dibatasi., sedapat mungkin pupuk yang digunakan dari kompos yang dibuat sendiri. Tetapi, karena sempitnya lahan yang dimiliki, barangkali kecil kemungkinannya hal itu dapat dipenuhi oleh petani kecil dan menengah sehingga mereka terpaksa harus menggunakan pupuk organik dari luar.
Banyak sekali jumlah penelitian di Indonesia mengenai pertanian masih terasa sangat terbatas, kalau tidak boleh dikatakan langka. Memang, pangan organik masih secara eksklusif ditujukan masyarakat konsumen yang tingkat ekonominya tinggi dan menengah, Tingginya harga karena sebagian besar produk organik masih harus diimpor dari luar negeri, di samping produktivitas tanaman organik masih relatif rendah dan biaya tenaga kerjanya juga tinggi. Biaya pengangkutan dan operating cost meliputi dua pertiga dari jumlah harga eceran.
Bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, pangan organik masih merupakan hal baru, baru mulai populer sekitar 4-5 tahun lalu. Sebaliknya, di Malaysia pangan organik lebih dahulu populer sudah sejak 10 tahun lalu. Lahan yang semakin miskin kadar haranya dan ditambah ekosistem yang tidak seimbang, yang sebelumnya mengikuti praktik pertanian dengan bahan kimia, mengakibatkan tanaman akan berproduktivitas rendah. Biasanya, pada tahap awal, petani organik banyak mengalami kegagalan dan kerugian karena serangan hama dan penyakit. Produktivitas yang sebenarnya baru akan dapat dikembalikan ke tingkat normal bila kondisi lahan dan keseimbangan ekosistem dapat dipulihkan. Semangat memang diperlukan, tetapi teknologi pertanian organik tidak cukup hanya dilandasi dengan sekadar membaca sekali, ditambah dengan kunjungan singkat ke pertanian organik. Keterampilan dan kesuksesan harus dipraktikkan melalui pengalaman.
Di negara maju, sebelum mereka berusaha di bidang pertanian organik, mereka perlu menimba ilmu di perguruan tinggi atau melakukan "on the job training" selama dua tahun penuh. Disamping itu, para petani pangan organik harus pandai mengembangkan produk organik yang terdiversifikasi, bila perlu termasuk tanaman tahunan, hasil ternak, dan ikan. Usaha besar-besaran memang dapat mendatangkan banyak untung, tetapi risikonya juga tinggi. Pada prinsipnya, lahan 2-3 hektar dianggap cukup untuk melakukan diversifikasi, sehingga gagal satu dapat ditutup dengan keberhasilan usaha lain.Berikut adalah sejumlah prosedur yang harus ditaati bila ingin bertani organik, di ambil dari tulisannya Ir. Memet Hakim, MM, Konsultan Pertanian Organik / Aspaindo Organik

LOKASI
Lokasi harus bebas dari kontaminasi pupuk kimia dan pestisida kimia. Dalam hal lokasi, bertani organik boleh dilakukan di dalam rumah kaca/kassa (green house) atau di luar rumah kaca/kassa. Sedangkan yang tidak boleh dilakukan penentuan lokasi yang bisa mengganggu, merusak, atau bertentangan dengan lingkungan.
PEMUPUKAN
Harus menggunakan pupuk organik, seperti kompos, pupuk alami (pupuk kandang, guano, limbah tanaman dll), abu, dan batuan alam (rock phosphat, kapur, dolomit ,dll). Meski demikian, masih dibolehkan menggunakan pupuk cair/mikroba asalkan tidak mengandung bahan kimia anorganik. Untuk mempertahan kesuburan dianjurkan memakai rotasi tanaman dan konsep konservasi tanah. Yang dilarang adalah menggunakan pupuk buatan/kimia. Selain itu, pemupukan tidak boleh memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pupuk alami yang digunakan tidak boleh secara langsung, harus melalui proses dekomposisi dahulu.
BENIH/BIBIT TANAMAN
Benih dan bibit tanaman yang digunakan harus sehat. Benih harus bebas dari pestisida kimia. Sedangkan bibit tanaman yang diberi perlakuan dengan pestisida kimia tidak dapat digunakan. Umumnya benih yang dijual di pasar menggunakan insektisida/ fungisida. Karena pengaruhnya sangat sedikit, benih tersebut dapat digunakan. Bila memungkinkan, sebaiknya benih diproduksi sendiri.
Bibit tanaman yang menggunakan insektisida atau fungisida tidak boleh digunakan. (Keterangan: benih adalah biji tanaman yang disiapkan untuk ditanam. Sedangkan bibit adalah benih yang sudah tumbuh atau bagian tanaman yang disiapkan untuk ditanam).

PENYEMAIAN
Proses persemaian harus bebas dari pengaruh pupuk kimia, pestisida kimia,
atau zat pengatur tumbuh (ZPT). Benih dapat ditanam langsung atau disemai terlebih dahulu. Tidak boleh menggunakan bahan kimia anorganik apa pun, termasuk zat pengatur tumbuh (ZPT).
PENANAMAN
Boleh ditanam di dalam rumah kaca/ kassa atau ditanam di luar ruangan. Waktu tanam, jarak tanam, dll., sebaiknya dicatat secara tertib.
PENGAIRAN
Air yang digunakan harus bebas dari pengaruh pupuk dan pestisida kimia. Harus didukung oleh sistem irigasi yang memadai. Air untuk penyiraman dapat menggunakan air limbah peternakan. Akan lebih baik lagi kalau air limbah peternakan tersebut dimatangkan terlebih dahulu. Dalam proses pengairan / penyiraman tidak boleh ada tambahan unsur hara yang berasal dari pupuk buatan/kimia.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan harus secara fisik atau manual, penunasan, dan penjarangan tanpa bantuan bahan kimia. Penambahan bahan organik setelah tanam dapat dilakukan. Penggunaan plastik mulsa dan naungan boleh dilaksanakan Penggunaan bahan kimia berupa pupuk dan pestisida tidak boleh dilakukan. Perawatan tanaman tidak boleh berdampak negatif terhadap lingkungan
PENGENDALIAN OPT
Perlindungan tanaman harus bebas dari penggunaan pestisida kimia. Harus menggunakan beberapa cara dalam melaksanakan Integrated Pest Control (pengendalian hama terpadu), antara lain mengatur aerasi, multiple cropping, rotasi tanaman, pengembangan predator, dll.
Untuk menjaga agar hal ini benar-benar dilaksanakan, harus ada pelatihan secara periodik. Penggunaan cara pengendalian ini harus memenuhi "enam tepat" yakni tepat jenis, waktu, dosis, konsentrasi, cara, dan alat aplikasi.Pengendalian hama diperbolehkan menggunakan insektisia biologis seperti B. thuringiensis atau insektisida yang terbuat dari bahan organik artifisial antara lain pyrethrum syntetic. Insektisida organik lainnya seperti ekstrak daun tembakau, mindi, bawang, dapat digunakan. Fungisida organik yang terbuat dari ekstrak kunir dll. dapat digunakan. Dianjurkan menggunakan varietas yang tahan penyakit seperti pada kentang penggunaan TPS (True Potatoes Seeds) akan lebih baik karena tidak memerlukan fungisida apapun. Dianjurkan menganalisis residu secara acak pada produksi yang dihasilkan.

PANEN
Panen harus dilakukan secara mekanis atau manual. Hasil panen setelah dicuci (apabila perlu), harus dikering-anginkan sebelum dikemas. Waktu panen disesuaikan dengan kehendak konsumen. Tanaman yang dipanen sebaiknya ternaungi agar tidak cepat layu. Mengelompokkan hasil panen supaya seragam. Hasil sortiran dipisahkan tersendiri. Penggunaan herbisida atau ZPT tidak boleh dilakukan. Hasil panen yang masih kotor dan atau basah tidak boleh dikemas atau dimasukkan ke dalam kantong plastik, karena akan cepat busuk.
PENGEMASAN DAN PELABELAN
Bahan kemasan harus bebas dari bahan kimia. Label harus disesuaikan dengan grade tanaman organik, serta tulisan dan gambar tentang produk yang dikemas. Bahan kemasan harus tahan untuk angkutan jarak jauh apabila diperlukan. Bahan Kemasan harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik. Bahan kemasan sebaiknya bahan yang ramah lingkungan. Hindarkan kontak langsung lem pada selotip dengan hasil panen tersebut. Bentuk kemasan dirancang sesuai permintaan pasar. Ukuran kemasan disesuaikan dengan permintaan pasar dan ukuran produk. Produk yang telah dikemas dapat disimpan pada ruang an yang berpendingin dan mempuyai pengatur kelembaban relatif.Tidak boleh menggunakan zat kimia untuk mengawetkan hasil panen, baik berupa gas, cair, atau padatan.
PENYIMPANAN BAHAN
Kemasan tidak boleh dicampur dengan bahan kimia atau bahan-bahan lain yang terlarang untuk tanaman organik. Waktu pengemasan tidak boleh dicampur atau digabungkan dengan pengemasan tanaman nonorganik.
TRANSPORTASI
Transportasi harus menggunakan mobil tertutup yang berpendingin. Suhu selama dalam angkutan harus disesuaikan dengan spesifikasi produk. Alat transportasi harus dipelihara sedemikian rupa sehingga tetap bersih dan dalam kondisi siap jalan. Dalam transportasi, sebaiknya menggunakan kontainer yang dapat ditumpuk sehingga daya angkutnya optimal. Dianjurkan agar produk yang telah dikemas secepatnya dikirim ke tujuan. Dalam transportasi tidak boleh dicampur dengan barang yang terlarang bagi tanaman organik.




PERALATAN
Peralatan yang digunakan harus bebas dari kontaminasi terhadap bahan-bahan kimia. Peralatan sebaiknya dirawat dan dijaga dengan baik. Perlu ada buku perawatan peralatan. Kalibrasi peralatan secara periodik. Tidak boleh menggunakan alat-alat bekas pakai bahan- bahan yang terlarang bagi tanaman organik.
PENYIMPANAN PRODUKSI
Penyimpanan produksi harus dipisah tersendiri dalam ruangan yang tertutup. Ruang yang digunakan sebaiknya mempunyai fasilitas pendingin dan pengatur kelembapan relatif. Penyimpanan produk organik tidak boleh dicampur dengan bahan- bahan terlarang.
PENYIMPANAN PUPUK
Pupuk organik harus terpisah penyimpanannya dari produksi. Waktu kedatangan dan pengeluaran sebaiknya FIFO, dan tercatat dengan tertib. Untuk menjaga kelangsungan usaha, stok pupuk organik tidak boleh kosong
STANDAR MUTU
Harus ada standar mutu yang jelas untuk setiap jenis produk tanaman. Standar mutu yang belum jelas dapat dibuat tersendiri oleh produsen. Standar mutu tidak boleh berubah-ubah.
PELESTARIAN LINGKUNGAN
Setiap langkah dalam mengusahakan tanaman organik, harus ada upaya pelestarian lingkungan. Setiap inovasi sebaiknya mengacu pada pelestarian lingkungan. Tidak boleh mengganggu atau berdampak negatif terhadap lingkungan.
TENAGA KERJA
Tenaga kerja harus memenuhi peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Tenaga kerja dianjurkan memiliki keahlian, keterampilan dan kompetensi yang memadai, serta sebaiknya dipisahkan tersendiri.
SANITASI LINGKUNGAN
Harus menyediakan tempat mencuci sayuran, toilet yang bersih. Melakukan sanitasi lingkungan secara intensif dan konsisten. Di dalam melakukan kegiatan sanitasi tidak boleh sampai mengganggu lingkungan
SERTIFIKASI
Untuk kegiatan ekspor, sertifikasi harus ada. Sertifikasi sebaiknya dibuat untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Walaupun telah terbit sertifikat, produksi yang diberi label organik tidak boleh diiisi yang non organik.
FORMULIR PENGADUAN
Harus disiapkan di setiap sales point, atau dicantumkan alamat, telefon yang menerima pengaduan. Pengaduan harus segera ditanggapi. Konsumen diizinkan melihat langsung proses penanaman tanaman organik setiap saat. Tidak boleh menolak jika ada inspeksi atau kunjungan dari luar yang ingin melihat langsung ke lapangan.
PEMBINAAN
Petani/pengusaha tani harus mau melakukan perubahan ke arah yang baik dan benar, sesuai dengan pengarahan pembina. Instansi pembina dapat melaksanakan pembinaan dan bimbingan agar proses menanam organik berjalan dengan baik dan benar, Tidak boleh menolak jika ada inspeksi langsung ke lapangan





B. ”VERTIKULTUR” KEBUN MINI DI PEKARANGAN RUMAH

Hobi berkebun kini makin digemari. Banyak dilakukan di pekarangan rumah, halaman sekolah, atau tempat-tempat terbuka lainnya. Di Jakarta, kegemaran ini telah merambah sudut-sudut perumahan serta bantaran sungai. Memanfaatkan lahan tidur untuk pertanian kota (urban agriculture). Namun, dapatkah kegiatan berkebun diwujudkan didalam rumah? Dengan sisa lahan yang sempit lagipula terbatas.tanpa harus banyak mengeluarkan waktu biaya, atau tenaga. Bisa saja, vertikultur adalah jawabannya.

Melalui sedikit kreativitas, sebuah kebun kecil dapat dipindahkan ke dalam rumah. Nama vertikultur berasal dari bahasa Inggris,. Istilah ini terdiri dari dua kata , yaitu vertical dan culture. Di dalam dunia bercocok tanam, perngertian vertikultur adalah budidaya pertanian dengan cara bertingkat atau bersusun.
Pada dasamya jenis tani ini tidak jauh berbeda dengan mengolah tanah di kebun atau sawah. Perbedaan yang mencolok hanya terletak pada lahan yang digunakan dalam sistem pertanian konvensional misalnya, meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima batang pohon. pola ini, mampu ditanami sampai 20 batang. ”Teknik bercocok tanam bertingkat ini biasanya digunakan untuk membudidayakan tanaman semusim, seperti sayuran,” Tidak menutup kemungkinan jenis pohon obat atau tanaman hias juga dapat ditanam. Selain dapat menambah gizi keluarga, petani yang mempunyai lahan luas berpeluang untuk melipatgandakan hasilnya.
Pertanian vertikultur sangat cocok sekali diterapkan tidak hanya di daerah perkotaan sanggup pula dibudidayakan di daerah rawan banjir.karena kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Selain itu, amat berguna untuk mengisi waktu luang bagi ibu-ibu rumah tangga, remaja, atau para pensiunan. Bila hasilnya berlimpah dapat dijual untuk menambah income keluarga. ”Vertikultur merupakan solusi pertanian masa depan. Hemat lahan dan ‘aman bagi lingkungan,” Murah dan Mudah Karena pengertiannya pertanian bertingkat, sistem yang dipakai tidak ubahnya seperti sebuah tangga pada umumnya. Bersusun ke atas dan tentu saja tidak perlu mencangkul atau membajak tanah.
Dalam pembuatan ‘’tingkat” alat dan bahan banyak tersedia di sekitar kita. Untuk pernbuatan rangka dapat dipakai kayu, bambu, atau papan.Modelnya pun terserah saja. Yang penting sanggup menopang atau mengisi beberapa buah tanaman.
Ada beberapa tipe yang urnum dipakai seperti :
a.berbentuk persegi panjang, segitiga berjenjang atau seperti anak tangga.
b.Dapat pula digantung di langit - langit atau atap kamar Ukuran tinggi rak tersebut sewajamya, agar perawatan pohon mudah dilakukan.
Haï lain yang harus diperhatikan. Beri jarak sekitar 30-50 cm dari permukaan lantai. Tak perlu bingung untuk media tanam. Tempat hidup pohon-pohon itu dapat dipakai bekas kaleng cat, biskuit atau wadah plastik minyak pelumas. Barang-barang tersebut aneka jenis pot-pot tanaman yang banyak dijual. Begitu pula dengan memanfaatkan gelas air minum minerai, ember bekas serta dapat memakai kantung plastik jenis polybag. Manfaatkan benda-benda yang tidak terpakai untuk membuat pot-pot tanaman,” Syarat pernbuatan rak itu tidak hanya kuat, namun juga fleksibel. dapat dengan mudah diletakkan di mana saja. Diteras samping, halaman depan, bahkan di dalam ruangan. Pot tanaman juga dapat ditata sedemikian rupa. dengan memanfaatkan kerangka penyangga untuk menggantung wadah tanaman yang ringan.
Dalam budidaya sayuran letakkan pohon yang banyak membutuhkan sinar matahari seperti cabai, selada atau sawi pada bagian yang paling atas. Sedangkan tanaman jenis ginseng, seledri, serta kangkung di bagian tengah atau bawah. Kombinasi TABULAPOT (Tanaman Buah Dalam Pot ) dapat disusun untuk menambah ramai keadaan. Juga, tampilan koleksi tanaman hias atau obat membuat suasana ”kebun” menjadi lebih indah dan bervariasi.
Petani vertikultur juga dapat membuat bibit sendiri. Dengan penyemaian sederhana yang diambil dari pohon yang telah mampu menghasilkan bibit. Caranya yaitu dengan membiarkan buah matang atau setengah kering di pohon. Lalu bijinya dikeringkan dengan cara dijemur. Untuk benih tanaman semusim, pilih yang bentuknya bagus dan tidak cacat, serta tenggelam bila direndam air. Wadah kotak kayu, plastik persegi empat atau polybag kecil sangat baik dipakai sebagai tempat persemaian. Untuk pengadaan bibit tanaman lain dapat diperoleh dari hasil stek atau cangkokan.

SEHAT

Banyak cara hidup sehat. Salah satunya adalah mengkonsurnsi makanan yang sehat. Tanpa banyak mengandung unsur kimiawi, zat pewarna atau pengawet. Begitu pula dengan tinggal di rumah yang sehat pula. Penuh”warna” oleh pepohonan, jauh dari pencemaran lingkungan. Lalu, apa hubungannya dengan jenis pertanian ini?.

”Teknik vertikultur adalah upaya untuk menghasilkan tanaman yang lebih higienis dan ramah lingkungan,” bila pertanian tersebut dipakai dengan konsep organik, tentu hasilnya akan berbeda. Di Indonesia dikenal dengan nama Pertanian Organik (PO). Yakni budidaya pertanian alami yang tidak menggunakan bahan kimia. Tanpa pemakaian pupuk kimia, kimia atau zat perangsang buatan lainnya.
Hal ini bukan berarti tidak memakai bahan-bahan tersebut. Pemilik kebun dapat membuat sendiri pupuk alami dari bahan-bahan sederhana. diperoleh dari limbah atau sampah dapur. Untuk urusan hama penyakit pun tak perlu khawatir. Resep tradisional peninggalan orangtua mampu menghadapi hama itu. hasil panen dari kebun kecil ini tidak sebesar dengan cara konvensional.
Yang umumnya memakai pupuk kimia jenis urea, TSP, atau NPK dalam unsur tanah. Hasil dari pemakaiannya mampu menghasilkan buah dan daya tumbuh pohon yang lebih baik. Di balik itu ada hasil yang lebih membanggakan bila memakai cara alami. Asupan zat kimia ke dalam tanaman dapat diperkecil. Air untuk menyiram pohon juga jauh lebih bersih,”
Berbeda dengan budidaya tanaman sayur yang banyak berada di pinggiran sungai. Kernudian hasilnya dijual ke pasar. Mungkin air kali yang tercemar digunakan untuk menyiram. Begitu pula dengan pola pertanian besar yang banyak memakai pestisida dan berbagai macam zat perangsang tumbuh, agar tanaman cepat dipetik hasilnya.
Untuk budidaya sayuran cara vertikultur temyata hasil panen tidak jauh dengan petani umumnya. Pohon cabai dapat dipetik hasilnya pada usia tiga bulan. Tanaman sawi atau selada bisa dipanen ketika umur 40 hari. Terong atau pare berbuah di usia tiga bulan. Begitu juga dengan bayam yang siap dipetik pada hari ke-28.

PERMASALAHAN SEPUTAR PERTANIAN ORGANIK

Permasalahan Seputar Pertanian Organik
beberapa permasalahan seputar pertanian organik antara lain:

PENYEDIAAN PUPUK ORGANIK
Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl.
TEKNOLOGI PENDUKUNG
Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaan pertanian organik di musim hujan.
PEMASARAN
Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu produk. Sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyataannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi dalam hal ini.
DESAIN PRODUK
Tentunya pada saat ini desain produk sangatlah diperlukan agar produk-produk pertanian olahan dapat terus meningkatkan menembus pasar Internasional. Apabila kita amati dengan adanya liberalisasi perdagangan menuntut keunggulan kompetitif produk pertanian olahan kita, dalam hal ini transformasi produk pertanian primer menjadi produk olahan berdaya saing kuat tentu saja harus menjadi fokus perhatian. Yang terjadi sekarang justru munculnya beragam kebijakan yang sering kontraproduktif terhadap ekspektasi besar di balik revitalisasi pertanian. Dalam rangka peningkatan citra produk pertanian Indonesia yang berdaya saing maka diperlukan suatu inspirasi dari dalam kebudayaan masyarakat Indonesia yang memiliki ciri khas untuk produk pertanian olahan yang ada di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui bahwa keanekaragaman desain produk olahan Indonesia seperti Keripik Salak asal Yogyakarta dan Malang dan keripik buah-buahan (apel, nangka, mangga dan sebagainya), Kemasan Kopi Toraja, Kopi Luwak dan berbagai macam jenis makanan olahan pertanian yang memerlukan suatu nilai ciri khas dari produk yang akan dipasarkan untuk komoditi ekspor. Dalam mendesain suatu produk olahan pertanian hal-hal yang harus diperhatikan:
ESTETIKA,
merupakan suatu nilai keindahan suatu produk yang tentunya buyer/ calon pembeli melihat kekhasan produk Indonesia. kita perhatikan produk kemasan keripik manggis asal Thailand dan Potato Chips asal Singapore dan Malaysia dan jika kita bandingkan dengan keripik pisang asal Lampung. Pada suatu event pameran di luar negeri tentunya Indonesia memiliki suatu ciri khas yang tersendiri dan berbeda dengan keunikan tiap-tiap Negara yang menghasilkan produk yang sama.
ERGONOMIK;
Dalam hal ini menyangkut bentuk / size dari desain yang dibuat berdasarkan packaging produkpertanian olahan seperti keripik sukun, apel, mangga, manggis, serta kemasan produk perkebunan, hortikultura lainnya.
FUNGSIONAL,
dalam hal ini dilihat dari bentuk kemasan tersebut berdasarkan fungsinya, apakah seperti produk kopi olahan, teh memiliki botol kemasan yang berfungsi, apakah seperti gelas dan lain sebagainya.
MARKET
untuk hal ini dilihat dari negara tujuan ekspor Indonesia yang menginginkan negara mana yang meminati produk olahan berdasarkan desainnya. Sebagaimana yang kita ketahui pada umumnya untuk desain produk pertanian olahan ini para konsumen Negara tujuan masih banyak hanya menginginkan dari raw materialnya saja tanpa memperhatikan desain produk karena mereka akan sendiri berdasarkan keinginannya. yang dipakai, tentunya material yang dipakai disini adalah bahan-bahan kemasan untuk produk olahan Indonesia yang materialnya dari produk Coklat, Kopi, Kacang Mete, Teh, Essential oil Buah-buahan dan sebagainya, dalam hal ini memakai bahan dasar packing dari plastic maupun kertas dan sebagainya. diharapkan pula pada promosi pameran produk Indonesia baik dalam dan luar negeri, ketertarikan dari buyer mancanegara dapat produk desain produk pertanian olahan Indonesia. Hal ini tidak hanya tertarik pada produk handycraft Indonesia, tetapi dipadukan kemasan produk pertanian olahan Indonesia dengan bentuk desain yang memiliki ciri khas untuk dapat lebih baik lagi dalam peningkatan pasar ekspor.

Prinsip diversifikasi tanaman pada pertanian organik

prinsip diversifikasi

Prinsip deversifikasi tanaman pada pertanian organik di samping meningkatkan efesiensi penggunaan air, sasaran utamanya adalah daur ulang hara, pengendalian hama penyakit dan gulma secara kultur teknis dan peningkatan hasil setara lahan. Sasaran ini untuk mengimbangi keuntungan ekonomi yang diperoleh dari sistem pertanian monokultur dengan input luar yang tinggi. Oleh sebab itu perencanaan yang matang sangat menentukan terjadinya interaksi yang saling menguntungkan antara satu jenis tanaman dengan tanaman lain. Perencanaan tanaman dapat ditujukan untuk pengendalian hama penyakit dan gulma maupun pemenuhan siklus hara dan air.

Menurut Kline et. al (1980), beberapa pertimbangan dalam menentukan jenis tanaman untuk di integrasikan dengan tanaman lain adalah sebagai berikut :
1.Karakter morfologi,
2.Siklus hidup,
3.Adanya alelopati,
4.Toleransi naungan dan cahaya dari masing-masing jenis tanaman (karakater fisiologi),
5.Kebutuhan hara masing-masing jenis tanaman,
6.Efisiensi ruang perakaran tanaman, dan
7.Proses-proses suksesi dan pemencaran tanaman.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut bertujuan untuk memenuhi kompatibilitas ekosistem yang saling menguntungkan antara satu jenis dalam jenis tanaman lainnya. Disamping itu proses penghindaran dari proses penekanan organisme lain seperti hama, penyakit dan gulma dapat teratasi.

apa itu pertanian organik

PERTANIAN ORGANIK
Sebenarnya apa itu pertanian organik, dan mengapa produk organik tersebut bisa menjadi tidak terjangkau oleh masyarakat kita sendiri apalagi oleh petani. Dan mungkinkah sistim pertanian organik ini dapat menjadi salah satu pilihan dalam rangka ketahanan pangan dan sustainabilitas lahan pertanian di Indonesia.

Cikal bakal pertanian organik sudah sejak lama kita kenal, saat itu semuanya dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.

Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian, berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan serta kesehatan manusia. Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (back to nature). Pertanian organik modern sangat berbeda dengan pertanian alamiah di jaman dulu. Dalam pertanian organik modern dibutuhkan teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit menggunakan agen hayati atau mikroba serta manajemen yang baik untuk kesuksesan pertanian organik tersebut. Pertanian organik di definisikan sebagai “sistem produksi pertanian
yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.

Istilah pertanian organik telah menghimpun seluruh imajinasi petani bersama-sama konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia (pestisida dan herbisida) dan pupuk kimia yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam” (Sutanto, 2002a).

Prinsip utama pertanian organik adalah penggunaan input luar yang rendah yang berlawanan dengan penggunaan input luar yang tinggi. Berdasarkan prinsip tersebut, maka berkembang berbagai istilah seperti Cyclic Farming System, regeneratif agriculture, sustainable agriculture, organic farming, organic system, organic agriculture, biological agriculture, Purely organik agriculture, dan ecofarming, yang merupakan kontras dari istilah-istilah convensional farming, Industrialized form agriculture, dan industrialized farming system (Mugnisjah, 2001).

Pertanian organik merupakan hukum pengembalian (low of return) yang berarti suatu sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman (Sutanto, 2002b).

Pertanian organik (organic farming, oraganic system atau organic agriculture) adalah sistem pertanian yang menggunakan sarana produksi yang berasal dari mahkluk hidup, bukan produksi pabrik atau bahan-bahan mineral (Mugnisjah, 2001).


Berdasarkan prinsip utama tersebut, maka pengembangan pertanian organik diarahkan pada tujuan utama yaitu :
a)Mengurangi dampak negatif pada lahan baik fisik kimia dan biologi, sehingga produktisifitas lahan meningkat dan stabil,
b)Mengurangi resistensi dan persistensi hama penyakit akibat penggunaan pestisida kimia, sehingga penekanannya lebih mengarah pada pengendalian hayati,
c)Meningkatnya kesehatan lingkungan ekosistem pertanian sehingga kesehatan masyarakat dan petani juga meningkat
d)Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan berupa sarana produksi dari luar, sehingga pemanfaatan sumberdaya lokal semakin meningkat,
e)Mewujudkan kedaulatan petani dalam menentukan rencana-rencana strategi dan pengambilan keputusan sehingga ketimpangan sosial dan ekonomi dapat teratasi.

Pada pendekatan teknis, sistem pertanian organik memberikan penekanan pada prinsip daur ulang hara, konservasi air dan interaksi antara tanaman dalam pemenuhan siklus hara serta pengendalian hama dan penyakit serta gulma dalam model integrated farming system. Pembahasan pada tulisan ini penekanannya pada prinsip daur ulang hara, konservasi air dan interaksi antar tanaman untuk tujuan siklus hara dan peningkatan hasil ekonomi serta produksi biomassa.

Prinsip daur ulang hara pada pertanian organik didasarkan pada upaya mengurangi kehilangan hara melalui panen (biomassa dan hasil ekonomi), dengan cara mengembalikan sebagian biomassa ke dalam tanah, setelah hasil ekonomi di panen. Pada penggunaan hara yang bersumber dari bahan-bahan anorganik (pupuk kimia), maka proses daur ulang hara tidak terjadi karena sumber utama hara adalah bentuk anorganik yang berasal dari luar agroekosistem . Sedangkan sumber hara dari bahan organik (biomassa tanaman, kotoran hewan dan limbah organik), setelah diberikan ke dalam tanah dalam bentuk organik, selanjutnya akan mengalami proses peruraian menjadi bentuk anorganik yang siap diserap akar tanaman. Sejumlah hara tersebut akan dipergunakan untuk memproduksi bahan kering tanaman (biomassa dan hasil ekonomi) yang selanjutnya akan dapat di daur ulang kembali.
Sumber utama hara organic berasal dari petak usaha tani, sedangkan sumber hara anorganik berasal dari luar petak usaha tani.

Sistem pertanian organik juga dapat mengatasi masalah air pada pertanaman. Konservasi air dapat dilakukan karena penambahan bahan organik khususnya yang bersumber dari biomassa tanaman, pada mulanya akan berfungsi sebagai mulsa (penutup tanah). Penutupan tanah melalui mulsa akan meningkatkan kandungan air dalam tanah, karena proses evoporasi dapat ditekan. Mengatasi masalah air bukan saja terbatas pada menekan proses kehilangan air, tetapi sampai pada efesiensi penggunaan air (water use efficiency) oleh tanaman.
Pertanian organik lebih berorientasi pada penanaman lebih dari satu jenis tanaman dalam satu petak usahatani. Model penanaman dengan prinsip Multiple Cropping tersebut, salah satu tujuannya adalah meningkatkan efesiensi penggunaan air,
karena ruang terbuka yang memungkinkan terjadinya kehilangan air dapat di kurangi seminimal mungkin. Hal ini disebabkan oleeh rasio penggunaan lahan semakin tinggi, sehingga hampir seluruh potensi air dimanfaatkan oleh tanaman.



pertanian organic oleh team pertanian organik purbalingga based on many source